Kasih #3. Mengasihi dengan sepenuh hati
Matius 22:37-39 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Benarkah kita sampai saat dapat mengasihi segenap hati dengan Tuhan, pasangan, anak-anak, orang tua, sahabatnya dan orang-orang yang kita kasihi?
Ada beberapa pertanyaan yang dapat kita renungkan bersama:
- Kepada Tuhan : apakah hari-hari ini kita sedang malas, jenuh, bosan dan mengasihinya hanya sebatas simbol-simbol ibadah, rutinitas dan sering kali marah kepada-Nya?
- Kepada Pasangan – suami atau istri: Apakah ada kebohongan yang sedang anda lakukan, apakah sedang mengalami rasa cemburu dan mementingkan diri, ataukah anda sedang merasa hidup dalam sebuah komitmen pernikahan bukan didasarkan karena cinta-kasih?
- Kepada Anak-anak: Apakah ada orang tua yang sedang merasa marah, jengkel dan tidak bisa menerima kelemahan-kelemahan mereka sehingga Anda sedang merasa bertanggung jawab atas hidupnya.
- Kepada orang tua: Apakah anda sebagai anak sedang merasa benci karena kekolotan dan tidak fleksibel terhadap anda, hidup dalam banyak kemarahan dengan orang tua, sehingga anda sedang merasa yang tunggu sampai saya menikah dan hidup berpisah dari orang tua?
- Kepada sahabat Anda: apakah anda sedang merasa tidak enak hati, munafik dan serta hidup untuk menjaga perasaannya dan tidak mau konflik, ataukah anda sedang mencari keuntungan diri?
Mengapa sulit mengasihi sepenuh hati
1. Kepada Tuhan
Ulangan 6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Mark 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Dalam ayat ini maka dalam diri seseorang terdiri dari hati, jiwa/batin, akal budi/pikiran dan kekuatan/fisik. Mengasihi dengan segenap hati adalah mengasihi Tuhan dengan 100% baik hati, jiwa, pikiran dan fisik. Ada orang yang pada awalnya sangat mengasihi Tuhan, semua diserahkan kedalam Tuhan, tetapi oleh karena suatu proses kehidupan, pergumulan dan kebutuhan, akhirnya bisa tidak mempercayakan 100% kepada Tuhan. Mungkin hatinya mencoba berserah, jiwanya mulai bimbang, pikirannya mulai mencari ide jalan keluar, dan kekuatannya mencoba untuk berusaha sendiri.
Yang sering kali sulit terjadi dalam kehidupan seseorang adalah menyatukan keempat aspek tersebut. Dan apabila seseorang sulit melakukannya maka sering kali seseorang mengalami kesulitan untuk dapat mengasihi sepenuh hati. Apabila kita sedang menghadapi hal-hal diatas, didapat dipastikan kita sedang tidak bisa mengasihi dengan sepenuh hati. Seseorang yang mengasihi dengan sepenuh hati mendasarkan pada kasih yang sebenarnya.
1 Korintus 13:4-8 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 8 Kasih tidak berkesudahan;
Beberapa penghalang orang sulit mengasihi kepada Tuhan.
– Hati; banyak hati yang sudah terkoyak dalam sebuah kepercayaan. Artinya ada banyak orang yang kecewa karena menaruhkan hatinya kepada Allah dan berharap hidupnya menjadi lebih baik, tetapi ternyata hidupnya tidak seperti yang diharapkan dan tidak terjadi perubahan. Dalam konteks ini seseorang akan sangat berjuang untuk mengasihi Allah dengan segenap hati. Daud mengaduh: Mazmur 13:1-2 Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku? 2 (13-3) Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?
– Jiwanya; kegagalan-kegagalan mengasihi Allah membuat jiwanya berjuang untuk merasakan kehadiran Allah. Mazmur 88:4 sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati.
– Pikirannya; Adanya pengalaman-pengalaman pada waktu mengalami pergumulan membuat pikiran dan persepsi-persepsi seseorang memiliki kekecewaan kepada Allah. Dalam pikiran juga akhirnya mempengaruhi persepsi-persepsi seseorang dalam mengasihi Allah. 2 Korintus 10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.
– Kekuatannya; sering kali ketika seseorang mengalami kekecewaan dan kesulitan maka mekanisme pertahanan diri seseorang akan muncul. Orang-orang seperti ini akan sangat berjuang untuk mengasihi Allah karena akan ada pertimbangan-pertimbangan “saya bisa lakukan sendiri”
– Kerusakan otoritas sering kali juga menjadi penghalang seseorang mengasihi Allah, dimana orang-orang yang sedang bergumul dengan hati bapa/hubungan dengan ayah sering kali bergumul mengalami kesulitan mengasihi Allah dengan segenap hati. Kolose 3:21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
2. Orang lain
Seseorang sering kali tidak dapat mengasihi orang lain dengan sepenuh hati karena ada beberapa hal :
– Pengalaman pahit, trauma-trauma dalam berelasi sering kali membuat seseorang tidak dapat mengasihi dengan sepenuh hati lagi.
– Kekecewaan, orang yang pernah mengalami kekecewaan yang belum dituntaskan akan merasa mengasihi tidaklah gampang lagi dan menjadi suatu proses.
– Moral, etika, supaya tidak dianggap orang lain aneh maka seseorang bisa mengasihi karena alasan moral dan etika bukan dengan segenap hati.
– Komitmen atau janji, berapa orang yang mengharapkan dikasihi sepenuh hati tetapi tidak mampu lakukan karena hanya untuk memenuhi janji dan komitmen.
Berkat mengasihi dengan segenap hati
1. Kepada Tuhan
- Orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati akan disebut orang yang berbahagia, Mazmur 119:2 Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.
- Sukacita dan Damai sejahtera. Orang yang mengasihi dengan segenap hati akan merasakan sukacita dan damai sejahtera.
- Berserah dan pasrah, ketika seseorang mengasihi dengan segenap hati kepada Tuhan maka imannya akan terus berserah dan memiliki penyerahan secara penuh.
- Imannya akan terus bertumbuh sesuai dengan cara dan waktu Tuhan
2. Kepada Orang lain
- Kita menjadi saluran kasih tanpa terdistorsi oleh tujuan-tujuan yang lain, jadi kasih yang kita salurkan kasih dalam segenap hati.
- Kepada Pasangan, maka akan semakin saling mempercayai dan saling menghormati, serta semakin saling mengasihi sehingga memperkokoh pernikahan dan keluarga
- Kepada Anggota keluarga, akan ada keterbukaan, saling melengkapi dan menjadi indah hubungan antara anggota keluarga.
- Kepada orang lain, ada saling memahami dan saling pengertian dalam membangun persahabatan dan kekerabatan.
Langkah-langkah Mengasihi dengan segenap hati
1. Kepada Tuhan
- Mulailah dengan hal-hal sederhana
- Melepaskan hal-hal yang menghalanginya untuk datang kepada Tuhan, tidak bersandar kepada kekuatan fisik dan pikiran. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!” (Yeremia 17:5). Tuhan tidak menghendaki kita mengandalkan kekuatan dan pertolongan di luar Dia. Tuhan tidak menghendaki kita berharap kepada sesuatu di luar seperti kekayaan, kepandaian dan kekuatan diri sendiri sebab semuanya serba terbatas.
- Menaruhkan sikap hati yang benar kepada Tuhan, Tuhan melihat hati Mazmur 119:2 Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati.
- Pasrah secara penuh, Amsal 3:5 Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
2. Kepada sesama
- Lakukan seperti melakukan untuk Tuhan, Kolose 3:23 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
- Melepaskan kepahitan, penghakiman atau cap negatif dan kekecewaan-kekecewaan
- Jangan memiliki pengharapan yang berlebihan terhadap apa yang telah kita lakukan kepada orang lain, misalnya ingin menerima balas budi atau timbal balik