Broadcast

RASA BERSALAH 1# Bebas dari Rasa Tertuduh

RASA BERSALAH 1# Bebas dari Rasa Tertuduh
Bagaimana jika kita melakukan sesuatu yang salah dan kita dikejar perasaan tertuduh? Atau, bagaimana jika kita melihat orang lain, atau bahkan diri kita sendiri bergumul dengan perasaan tertuduh walaupun sebenarnya kita tidak bersalah? Bagaimana kita bisa membedakan bahwa kita sedang memiliki perasaan bersalah yang benar, atau jangan-jangan kita sedang terjebak dalam rasa tertuduh yang tidak benar?

A. Hidup Dalam Perasaan Tertuduh?
Ada beberapa gejala yang biasanya ‘diderita’ oleh seseorang yang bergumul dengan perasaan tertuduh, yaitu:
– Rasa minder
– Rasa Malu
– Hilang atau berkurangnya kesadaran akan penerimaan dan kasih Allah
– Rasa terhakimi
– Rasa benci terhadap diri sendiri tapi tak tahu bagaimana keluar dari situasi tersebut
– Emosi berubah-ubah menurut temperamen dan situasinya
– Depresi yang dalam akibat terus-menerus menyalahkan diri sendiri.
– Rasa letih dan sakit kepala yang kronis, atau penyakit-penyakit lainnya.
– Penyangkalan diri ekstrim sampai ke bentuk penghukuman diri.
– Merasa terus-menerus diawasi dan dikritik orang lain.
– Terus mengritik dosa dan kekurangan orang lain.
– Karena menanamkan sikap kalah, dia akan benar-benar tenggelam dalam dosa yang lebih dalam, supaya mengalami perasaan bersalah yang lebih hebat.
Jika Anda, atau orang-orang yang Anda kenal memiliki beberapa reaksi sperti yang saya sebutkan di atas, perlu tarik napas sejenak, dan pikirkan. Apakah saya sedang berteman dengan perasaan tertuduh? Adakah hal-hal yang perlu saya akui di hadapan Tuhan dan orang lain

B. Mengapa Anda Merasa Tertuduh ?
Rasa bersalah adalah suatu perasaan berdosa, bersalah atau gagal memenuhi standar hidup tertentu. Allah menciptakan di dalam kita suatu hati nurani, suatu kemampuan untuk menilai benar atau salahnya tindakan-tindakan moral kita.
Adam dan Hawa di taman Eden adalah contoh terbaik tentang rasa bersalah akibat pelanggaran dosa ini. Dosa mereka (ketidaktaatan) menyebabkan rasa bersalah. Hubungan mereka dengan Allah putus; mereka sadar tentang itu, lalu terjadilah keterasingan dan perasaan tertuduh. Mereka lari dari Allah, berusaha menyembunyikan diri agar mereka tidak usah menghadapi akibat-akibat tindakan mereka. Tentu saja, Allah berhasil menemukan mereka. Mereka berusaha menyangkal pertanggungan jawab mereka. Adam menyalahkan Hawa (“Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”), dan Hawa menyalahkan ular (“Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”). Mereka telah berusaha menutupi keadaan mereka dengan membuat cawat dari daun pohon ara, tetapi Allah mengepung mereka dengan pertanyaan: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang?” Allah memaksa mereka untuk membereskan masalah rasa bersalah mereka. Korban tebusan pun kemudian dibuat untuk dosa mereka, sebagai dasar dari prinsip korban tebusan seterusnya (Kej 3:21).

C. Haruskah Saya Merasa Tertuduh?
Ada 2 jenis perasaan tertuduh, dan kita perlu berhati-hati melihat apakah selama ini kita tidak terjebak dalam rasa tertuduh dan kehilangan berkat-berkat yang sebenarnya telah Allah siapkan.
1. Rasa Tertuduh yang Palsu
Rasa tertuduh yang palsu dapat muncul dari hasil didikan yang kita terima dari orangtua, figur otoritas, atau bahkan lingkungan di masa-masa kita bertumbuh dahulu. Kita diberi perasaan salah-benar yang dibuat menurut standar-standar tertentu, sehingga saat melanggarnya kita akan didera perasaan tertuduh.
Bahkan orang Kristen yang sudah memiliki keyakinan bahwa Allah telah mengampuni mereka dan bahwa mereka adalah anak-anak-Nya pun, masih bisa mengalami “rasa bersalah” yang keliru ini. Orang sedemikian biasanya memiliki citra diri yang rendah, selalu merasa kurang (tidak pernah benar dan tak mampu), menderita depresi, dan sebagainya. Mereka tidak pernah bebas dari rasa bersalah ini, walaupun mereka mencarinya, persis seperti Esau yang “tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.” (Ibr 12:17).
Rasa tertuduh yang tidak benar mendorong seseorang jatuh pada sikap perfeksionis dan legalisme, yang lebih mengutamakan perubahan di luar daripada perubahan sikap hati. Contohnya, seseorang yang dididik dalam satu tradisi gereja tertentu akan merasa tidak nyaman kalau ia berada di satu acara gereja yang berbeda tradisinya.
2. Rasa Tertuduh yang Benar
Rasa tertuduh yang benar disebabkan karena adanya dosa/pelanggaran terhadap Firman Allah. Perasaan ini muncul untuk membawa kita pada perdamaian dengan Allah dan mendapatkan pengampunannya. Mazmur 51: 1-9 dengan sangat jelas menceritakan isi hati Daud yang begitu merindukan pembebasan dari setiap perasaan tertuduh yang ia rasakan setelah berdosa dengan Batsyeba. Pengakuan dosa Daud menyembuhkan dan mendamaikan dia dengan Allah.

D. Pandangan Firman Tuhan Mengenai Perasaan Tertuduh
1. Allah telah mengampuni semua dosa kita ketika kita menyatakan iman kita kepada Dia: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” (Rom 8:1)
2. Kita telah dimerdekakan oleh Yesus: “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.” (Yoh 8:36)
3. “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik . . . Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada pada-Ku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus, Tuhan kita! (Rom 7:18-25)
4. Allah mengampuni segala pelanggaran kita: “Aku telah menghapus segala dosa pemberontakanmu seperti kabut diterbangkan angin dan segala dosamu seperti awan yang tertiup. Kembalilah kepada-Ku, sebab Aku telah menebus engkau!” (Yes 44:22)
5. Allah tidak ingin kita hidup terus di masa lalu, kita perlu maju: “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Fili 3:13-14)
6. Perasaan tertuduh yang kita ijinkan berlarut-larut dalam diri kita akan memberikan tempat bagi iblis untuk bekerja dan menghancurkan hidup kita. Iblis mendakwa kita di hadapan Allah. 1 Yoh 3:21 21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah
7. Kasih Karunia Menjadi Dasar kita bebas dari perasaan bersalah: Roman 5:16 Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran.

E. Langkah2 praktis Bebas dari Rasa Tertuduh
1. Miliki sikap terbuka terhadap suara Tuhan. Ketika kit terbuka, Allah lebih mudah menyembuhkan kita
2. Miliki pengharapan dengan menegaskan bahwa Allah memperhatikan setiap masalah yang kita miliki. Allah bukan saja bisa mengampuni, tetapi juga mampu menghapuskan dosa dan rasa bersalah kita.
3. Lakukan refleksi diri:
• Renungkan dan temukan, tuduhan-tuduhan apa yang selama ini Anda alami?
• Pengalaman masa lalu apa yang membuat Anda tertuduh sampai saat ini?
• Akuilah dan ceritakanlah perasaan-perasaan tertuduh yang Anda alami kepada Tuhan atau kepada saudara seiman yang dipercaya Kita tidak akan pernah menemukan penyelesaian terhadap rasa bersalah, jika kita berusaha menutup-nutupi dosa. “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi.” (Ams 28:13).
• Ampuni diri sendiri. Jika Allah telah mengampuni, kita harus belajar mengampuni diri sendiri. Seorang Kristen memiliki hak untuk menuntut kebenaran yang dinyatakan dalam 1Yohanes 1:9. Kristus Juruselamat kita, menghapuskan segala dosa kita — baik yang di masa lampau, kini maupun nanti — melalui karya sempurna-Nya di Salib.
• Temukan kebenaran dari Tuhan mengenai perasaan-perasaan tertuduh yang Anda alami, mungkin melalui FT, doa, bahkan penguatan dari saudara seiman
4. Tegaskan bahwa kebebasan dari rasa bersalah, sudah terhisap dalam karya penebusan Salib Kristus, tetapi kita harus mempercayai Dia untuk menyucikannya.
5. Syukuri kasih karunia Allah yang telah mengangkat dosa dan rasa bersalah, sambil mengingat-ingat bahwa dosa-dosa kita telah diangkut-Nya.
6. Jika kita telah melakukan refleksi diri, namun perasaan bersalah masih terus muncul, berdoalah bersama dengan saudara seiman yang dipercaya untuk mencari akar atau awal mula kita memiliki rasa tertuduh
7. Jangan lupa untuk melawan pikiran dan perasaan tertuduh dengan menolaknya dalam nama Yesus

F. Kesimpulan
1. “Rasa bersalah adalah suatu masalah yang sangat rumit. Terlepas sendiri di bawah gerogotan hati yang bersalah dan tertekan oleh beban dosa yang berat, manusia tidak berdaya. Tetapi di mana manusia gagal, di sana Allah berhasil.”
2. Kita perlu ambil langkah dengan perasaan tertuduh yang menggerogoti hidup kita. Akui jika ada dosa, dan jangan biarkan iblis mendakwa kita. Ingat selalu kasih karunia Allah tersedia untuk kita.
Duta Pembaharuan – Jl. Pisang 9, Telp. 497183 Kalasan, Jogjakarta

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hubungi Kami