RASA MALU #1. Bebas dari Rasa Malu (Aib) Dalam keluarga
Rasa malu adalah suatu perasaan yang berasal dari emosi negative dalam diri seseorang. Rasa malu muncul pertama kali ketika manusia jatuh dalam dosa. Bandingkan rasa malu manusia pertama di Kej 2:25 dg Kej. 3:7-8, disitulah terletak bahwa manusia memiliki rasa malu karena keadaannya. Genesis 2:25 25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Genesis 3:7-8
7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Rasa malu disini dimulai dari cara memandang sesuatu dan membandingkan dengan keadaan sekitar atau situasi sebelumnya.
Rasa malu dalam KAMUS BESAR
berarti :
- Perasaan tidak enak karena dianggap hina atau dianggap rendah ditengah-tengah orang lain yang memiliki standar, prinsip, nilai-nilai, etika dan moral. Misal : orang merasa malu karena karena ada anggota keluarga yang memiliki penyakit kelainan jiwa karena dianggap ada keluarga yang tidka normal.
- Perasaan yang muncul karena melakukan sesuatu perbuatan yg dianggap kurang baik, kurang benar, berbeda dengan kebiasaan atau mempunyai cacat atau kekurangan berdasarkan nilai-nilai di lingkungan. Misalnya : Malu karena ada anggota keluarga yang masuk penjara karena mencuri atau korupsi.
- Seseorang yang segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat terhadap orang lain. Misalnya seseorang yang merasa tidak mampu berbicara didepan orang lain karena dari kaluarga yang udik atau rendah.
Sumber-sumber Rasa malu (Aib) Dalam Keluarga
-
Faktor Keturunan
-
Rasa malu yang diturunkan atau diwariskan
Banyak orang tua yang malu dengan kondisi dalam keluarga yang secara tidak sadar diwariskan kepada anak-anaknya. Orang tua yang memiliki perasaan tidak berharga. Perasaan yang merasa bahwa dirinya bukanlah seseorang yang berhak merasa bangga. Bahkan mungkin merasa diri ini hina, kotor dan tidak layak sehingga anak-anaknyapun memiliki perasaan yang sama seperti yang dirasakan orang tuanya.
-
Rasa malu yang diajarkan
Ada orang tua yang mengajarkan kepada anak-anaknya tentang aib yang terjadi dalam keluarga supaya tidak diceritakan kepada orang lain dan mengajarkan rasa malu itu kepada anak-anaknya. Hal itu dapat terjadi dengan cara tidak membicarakan apa yang terjadi dalam kehidupan keluarganya kepada orang lain. Kita diajar untuk malu saat kita gagal memenuhi standar atau harapan orang tua, standar berpenampilan, standar berprestasi dan finansial.
-
Disfungsi Keluarga
Disfungsi dan rasa malu dapat menjadi akar dan buah. Menjadi akar masalah dimana keluarga yang disfungsi membuat anggota keluarganya menjadi malu yang pada akhirnya memunculkan rasa malu – begitu sebaliknya, rasa malu adanya aib membuat anggota keluarga menjadi disfungsi.
- Contoh Disfungsi memunculkan rasa malu : ada seorang ayah yang alkoholik dan depresi, ia tidak dapat berperan sebagai ayah yang benar. Dari ketidakfungsian suami maka istrinya akan menjadi pekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dari ketidakfungsian ayah ada anak-anaknya yang harus bekerja walaupun belum cukup umur guna kecukupan keluarga. Sehingga antara ibu dan anaknya menutupi kebiasaan suami/ayah nya.
- Contoh Rasa malu membuat disfungsi : perceraian dalam keluarga membuat anak-anaknya bertumbuh lebih cepat. Anak-anak yang seharusnya masih membutuhkan perlindungan orang tuanya terpaksa malah harus melindungi orang tuanya. Misalnya ada anak sulung yang masih usia 15 tahun tetapi kerena orang tuanya bercerai ia menjadi tempat curhat ibunya dan sekaligus harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
-
Faktor Traumatis-luka
Ada pengalaman-pengalaman yang menyakitkan dan membekas yang membuat seseorang memiliki rasa malu. Misalnya pengalaman tidak naik kelas dan muncul rasa malu karena dianggap bodoh.
Hal-hal di masyarakat yang seringkali dianggap aib dalam keluarga
Setiap budaya dan adat istiadat memiliki tatanan nilai dan moral yang berbeda-beda dalam memandang aib. Jadi aib seseorang tidak dapat digeneralisasi secara luas budaya satu dengan yang lain berbeda. Beberapa nilai yang sering dianggap aib oleh masyarakat adalah:
-
Perceraian- menjadi single parent kadang-kadang dianggap aib dalam keluarga
Ada perasaan malu memiliki orang tua yang mengalami perceraian. Perasaan malu anak-anak ketika ditanya tentang status orang tua, keberadaan/keadaan orang tua. Misalnya gimana ayahmu, dimana ibumu? Banyak anak menjawab baik-baik saja.
-
Incest, hubungan perkawinan sedarah.
-
Anggota keluarga yang berjudi, alkoholik, narkoba-kecanduan
-
Anak tidak naik kelas
-
Ada anggota keluarga yang mengalami sakit psikis atau cacat mental (ada anggota keluarga yang gila, depresi, autis, lumpuh)
-
Anggota keluarga yang bunuh diri
-
Anggota keluarga yang memiliki penyakit menahun (stroke, kusta)
-
Ada kawin cerai dalam keluarga
-
Hamil di luar pernikahan
-
Terlilit Hutang
-
Ada anggota keluarga yang bekerja tidak halal, sebagai contoh menjadi PSK, calo, jambret atau rampok
-
Anggota keluarga yang masuk penjara.
-
Konflik dan pertengkaran dalam keluarga
Reaksi Negatif Akibat Adanya Aib dalam keluarga
Setiap orang memiliki mekanisme yang salah untuk memiliki rasa aman dan nyaman terbebas dari rasa malu akibat adanya aib dalam keluarga.
- Menutupi
Ada orang yang menghindari pertemuan dengan masyarakat/tetangga karena takut orang lain tahu realitas kehidupan di rumahnya. Anggota keluarga yang menjadi menutup diri karena kejadian tersebut sehingga menghindari persahabatan dan pertemuan dengan orang lain. Cara yang lain, ada banyak alasan supaya orang lain tidak main/berkunjung kerumahnya.
-
Mengabaikan
Setiap masalah diabaikan seolah-olah seperti tidak ada kejadian apa-apa. Sehingga orang tersebut mengabaikan perasaan-perasaannya. Dia menjadi cuek dengan keadaan dalam rumah/keluarganya sehingga menjadi tidak empati dan care dengan orang lain dalam keluarga.
Melarikan diri
Hal ini bisa menjadi pola yang sama ketika aib yang dialami keluarga berhubungan dengan kecanduan dan orang untuk terbebas dari rasa malu lari kepada perilaku-perilaku kecanduan.
Menyalahkan pihak lain
Supaya tetap tianggap baik, maka cara yang dilakukan harus ada pihak lain yang disalahkan baik orang lain atau bahkan Tuhan.
Membenarkan diri
Ketika tidak orang lain yang disalahkan maka cara terbebas dari rasa malu dalam keluarga adalah membenarkan diri.
Prinsip Firman Tuhan tentang Rasa Malu dan Aib
-
Tuhan menghapuskan rasa malu
Isaiah 25:8 a akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya.
-
Membebaskan perasaan dan pelanggaran orang lain
Proverbs 17:9
9 Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangki perkara, menceraikan sahabat yang karib.
-
Menyerahkan perasaan malu kepada Tuhan
Psalm 37:5
5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;
Psalm 55:22 Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.
-
Kasih menutupi rasa malu
1 Peter 4:8 Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
- Jeremiah 11:20 Tetapi, TUHAN semesta alam, yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.
Kesimpulan
Rasa malu atau aib dalam keluarga seringkali membuat anggota keluarga berjuang dalam setiap waktu untuk menutupi, sehingga membuat semua anggota keluarga tidak bertumbuh dalam kasih karunia Tuhan, untuk memandang keadaan secara benar. 2 Peter 3:18 Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
Duta Pembaharuan – Jl. Pisang 9, Telp. 497183 Kalasan, Jogjakarta