Kesaksian: Pelayanan untuk okultisme ritual ngalap berkah
Konseli adalah seorang ibu, yang ingin dilayani untuk ritual yang pernah ia lakukan semasa masih menjadi seorang gadis remaja. Latar belakang ibu ini adalah seorang dari keturunan Tionghoa. Ayahnya adalah seorang pemilik kasino di kota Purwokerto. Karena ayahnya memiliki kasino, maka kehidupannya dekat dengan hal-hal okultisme, seperti mencari petunjuk dari dukun-dukun, ataupun dari arwah-arwah leluhur. Juga keluarga ini sering mencari tempat-tempat dan ritual yang dipercaya bisa membawa rezeki.
Salah seorang dukun yang dipanggil menyarankan agar keluarga ini menjalani ritual Ngalap Berkah yang dipercaya dapat meningkatkan berkah dan rejeki buat keluarga ini. Untuk itu yang akan melewati prosesi ini adalah Ayah, Ibu dan ibu yang kami layani yang adalah anak ke-4. Ritual ini dilaksanakan di daerah Batu Raden, satu kawasan yang dipercaya memiliki nuansa mistik.
Pertama-tama konseli diminta untuk mandi di sebuah air terjun yang bernama Pancuran Pitu. Kawasan ini memang terkenal angker, dan sering digunakan oleh orang-orang yang menginginkan kekuatan supranatural. Konseli dimandikan oleh ayah dan ibunya di bawah pengawasan sang dukun.
Setelah dimandikan di pancuran pitu, kemudian konseli beserta ayah dan ibunya dibawa oleh sang dukun ke sebuah makam keramat di daerah Batu Raden tersebut. Konseli tidak bisa mengingat makam siapakah itu, namun ia tahu tempat itu biasa dipakai untuk ritual semacam itu. Di situ konseli bersama ayah dan ibunya di minta bersemedi, sementara sang dukun melajutkan prosesinya dengan bacaan-bacaan dan ritual lainnya. Termasuk di dalamnya ia harus memakan makanan dan minuman tertentu. Pada waktu ritual tersebut konseli melihat beberapa binatang yang berada di sekitar makam itu, yaitu ular-ular yang melilit di pohon di atasnya, kemudian ada monyet dan juga ada harimau. Karena ketakutan konseli diam saja dan tidak berani membicarakan apa yang dilihatnya tersebut.
Dalam kehidupannya kemudian konseli percaya kepada Tuhan Yesus, dan sejak itu ia hidup dengan iman kepada Tuhan Yesus. Setelah beberapa lama, ia mulai mengenal pengajaran karismatik dan juga terbeban untuk melayani, sehingga ia kemudian mengorganisir sebuah persekutuan doa. Ia menjadi seorang pendoa syafaat dan banyak menghabiskan waktu dengan berdoa. Sering ketika ia berdoa, mulutnya akan bergerak sendiri dan mengeluarkan kata-kata yang ia tidak bisa kendalikan. Ia merasa bahwa itu adalah bahasa roh dan bahwa ia sedang dipenuhi dengan Roh Kudus.
Ketika ia ikut dalam pengajaran seminar kami, ia merasa bahwa ada beberapa hal dalam masa lalunya yang perlu dibereskan. Karenanya ia meminta pelayanan pribadi dengan salah seorang staf pelayanan. Dalam pelayanan ini terungkap bahwa apa yang ia rasa selama ini sebagai bahasa roh sebenarnya merupakan bentuk manifestasi dari roh jahat. Bahkan saat itupun ia bermanifestasi menjadi seperti ular, monyet dan harimau. Karena keterbatasan waktu, maka ia tidak bisa dilayani lebih lanjut.
Beberapa waktu kemudian konseli datang lagi untuk dilayani oleh saya, dan saat itulah kami masuk ke dalam peristiwa ritual Ngalap Berkah ini dan menyelesaikannya. Ia bertobat dari segala penyembahan berhala, ritual dan makanan dan minuman dan semua okultisme yang pernah ia lakukan. Ia bertobat dan mengakui bahwa hanya Tuhan Yesus saja yang menjadi sumber keselamatan dan kesejahteraannya, dan menolak segala hal yang ditawarkan oleh kuasa-kuasa jahat ini.
Setelah ia mengakui dan bertobat dari ritual ini maka iapun didoakan oleh saya dan anggota tim. Pada saat itu konseli mengalami manifestasi yang cukup kuat, di mana ia kehilangan kesadaran, dan mulutnya mulai bergerak-gerak sendiri dan meracau. Setelah didoakan beberapa lama, kemudian roh-roh jahat yang sedang bermanifestasi diusir, dan konseli pun kemudian muntah-muntah dan sadar kembali.
Dalam pelayanan lanjutan, satu hal yang dirasakan konseli berubah dalam dirinya adalah kecenderungannya untuk marah. Sebelum pelayanan konseli mengaku bahwa walaupun ia sudah bertahun-tahun melayani Tuhan, namun ia sering tidak dapat menguasai amarahnya dan sering berlaku keras kepada orang-orang di sekellingnya. Namun setelah pelayanan tersebut konseli melaporkan bahwa ia merasa menjadi lebih dapat mengendalikan kemarahannya ini dan hatinya pun menjadi lebih lembut. Ia sangat bersyukur dengan pelayanan ini yang baginya membuka matanya akan kebutuhan-kebutuhan dirinya yang selama ini tidak ia ketahui.