Duta Pembaharuan

DUTA PEMBAHARUAN

Video Kesaksian

Kesaksian Linawati Jakarta (Back to The Womb)

Kesaksian Hery Setyo Adi Salatiga

Kesaksian Peserta SOH 2009

Kesaksian Heles Peloni Jogja

Kesaksian Bp. Puguh Batam

Kesaksian Ibu Milkha – Papua

Kesaksian Timotius – Malang

Kesaksian Heri Simatupang – Jogja

Kesaksian Silvia – Solo (SOH Lanjutan)

Kesaksian Rio – Lumajang (SOH Lanjutan)

Kesaksian Korif R. Hamenda – Sulawesi Utara

Kesaksian Marlon – Solo (SOH Lanjutan)

Kesaksian Alumni

Puji Tuhan, ada keserupaan dalam kelompok kecil kami. Kelompok kecil kami adalah kelompok “tidak percaya diri.” Saat fasilitator bertanya, “sesi apa yang paling berkesan,” saya menjawab “bagi saya sesi yang paling berkesan adalah sesi “Back to the womb.” Ketika berdoa back to the womb, saya tidak merasakan apa-apa mulai dari pembuahan hingga bulan ke delapan. Namun, memasuki bulan ke sembilan, ada sesuatu yang aneh dan membuat saya tidak nyaman untuk duduk. Tuhan membawa saya pada ingatan masa ketika saya dilahirkan.

Berbagai kondisi yang cukup sulit mengiringi pertumbuhan saya. Tuhan terus mengingatkan hal-hal tersebut dengan jelas sehingga akar-akar “rasa tidak percaya diri” itu mulai terlihat satu persatu. Saya bersyukur bahwa Tuhan telah menunjukkannya dan kemudian membereskannya dalam doa-doa di kelompok kecil.

Pdt. Is Subari

Memulai kesaksian, saya harus berkata bahwa sebenarnya saya orang yang paling takut untuk berdiri di depan. Tetapi kalau saya berdiri saat ini untuk bersaksi, saya merasa ”plong” karena ternyata saya bisa melalui hal yang menakutkan ini. Saya orang yang terbiasa melakukan mekanisme pelarian, cuek dan tidak peduli. Di sini saya belajar banyak untuk hidup dalam kasih karunia dan identitas yang benar dalam Tuhan. Teman-teman saya di Full Gospel sudah bertanya, ”apa yang kamu dapat di SOH?” Saya sangat rindu untuk membagikan apa yang saya dapat di sini kepada mereka dalam pertemuan-pertemuan kami setiap hari senin dan juga melayani orang lain.

Bp. Nata 

Saya termasuk orang PO (Performance Orientation) karena semua luka yang saya alami. Selama ini saya tidak menyadari bahwa saya hidup dalam mekanisme pertahanan diri yang cukup kuat, sehingga susah sekali bagi untuk mengungkapkan perasaan. Saya menjadi orang yang yang sering mengeraskan hati, misalnya ketika bertemu orang lain yang tidak dikenal, saya akan cenderung cuek karena merasa tidak membutuhkan orang lain. Tetapi melalui SOH ini saya jadi mengetahui bahwa prinsip hidup yang saya bangun ternyata adalah sebuah bentuk mekanisme pertahanan yang harus diruntuhkan. Saya juga disadarkan bahwa saya menjadi PO terbentuk karena situasi dan krisis dalam keluarga. Puji Tuhan… karena Dia memulihkan saya melalui dua hal, pertama: melalui suami saya. Kedua, melalui SOH, saya dikuatkan untuk hidup dalam kasih karunia. Saya berasal dari GKJ (Gereja Kristen Jawa) dan saya sangat yakin bahwa model pelayanan pemulihan seperti ini (PPT) sangat bisa diterapkan di tempat pelayanan kami. Terima kasih semuanya.

Ibu Emi (Istri Gembala)

aya datang ke acara SOH ini karena ditunjuk oleh gereja. Saya pernah dilayani pelepasan dan saya merasa sudah beres, namun saya berpikir tidak salah dan ada baiknya untuk mengikuti SOH ini untuk menambah bekal pelayanan. Tetapi setelah mengikuti SOH ini saya menjadi kaget. Memasuki sesi pertama saya bertanya, ”saya kok begini?” dan sesi demi sesi saya merasa ’kena’ dengan pengajarannya. Ternyata saya orang penuh dengan ’karung’ atau sampah-sampah, antara lain penghakiman-penghakiman, penipuan. Di sini, di SOH ini, Tuhan memakai para fasilitator dan pengajar untuk menunjukkan dan membongkar serta membuang sampah-sampah dalam hidup saya.

Ibu Rosalia 

Setelah mengikuti level I saya diperhadapkan pada banyak kasus di pelayanan. Hal ini sangat mendorong saya untuk menerapkan prinsip-prinsip dan langkah-langkah pelayanan dari Duta Pembaharuan dan yang saya pelajari dalam kelompok kecil. Salah satu masalah yang Tuhan ijinkan untuk dilayani adalah orang yang datang dengan masalah karena pengalaman traumatis.

Di level II, Tuhan menunjukkan akar ketertolakan saya melalui sesi dan doa back to the womb dan semakin diyakinkan lagi melalui sesi penolakan. Dampak dari pengalaman itu adalah saya menjadi orang yang berorientasi pada kerja (PO). Tuhan menunjukkan kepada kami ketika berdoa, saya melihat seorang bayi yang menangis dan Ia menunjukkan perasaan ketidaklayakan dan tidak berharganya saya. Tuhan meyakinkan kelayakan dan berharganya saya dalam doa melalui suatu penglihatan, dimana saya seperti melihat Tuhan ada di ruang lab dan memakai baju lab. Ia menunjukkan keadaan saya dalam bentuk telur dan memberkati, kemudian menaruh telur itu dalam rahim ibu. Saya menjadi kagum begitu besar kasih Tuhan pada saya. Ketika berdoa back to the womb, mulai dari masa pembuah an hingga bulan ke dua saya merasa takut dan jantung berdebar-debar.

Memasuki bulan ke tiga dan seterusnya tidak ada apa-apa, namun begitu memasuki masa persalinan, saya merasa seperti ada tawar menawar dengan Tuhan, saya tidak mau keluar karena takut merepotkan orang lain namun Tuhan meyakinkan untuk keluar bahkan tangan Tuhan sendiri yang menolong saya untuk keluar. Sungguh luar biasa bahwa setiap bulan Tuhan menunjukkan hal-hal yang ternyata menjadi akar masalah dalam hidup saya selama ini dan puji Tuhan karena Ia begitu baik serta menolong saya untuk melihat tema dan dinamika kehidupan saya. Pemulihan suatu bangsa harus dimulai dengan pemulihan gereja.

Ibu Sara Lely (Istri Gembala)

Apa yang saya mau saksikan adalah pengalaman setelah level I.Di level I,sesi pembuka yang membahas Syarat Pertumbuhan adalah sesi yang sangat memberkati saya. Dalam sesi tersebut dibahas mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang konseli agar bertumbuh secara maksimal, antara lain: adanya kehendak, keterbukaan, kerendahan hati dan pertobatan yang sungguh-sungguh. Secara khusus pembahasan tentang perlunya keterbukaan kepada Tuhan maupun kepada sesama. Saya merasa sebagai hamba Tuhan umumnya selalu menjaga “image” agar terlihat “BBS atau baik-baik saja.” Keterbukaan adalah sesuatu yang susah untuk dilakukan. Saya semakin diberkati ketika dalam pelayanan harus menyampaikan topik keterbukaan. Dalam pelayanan itu saya membuka dan menceritakan “aib” dari masa kecil hingga sekarang melayani Tuhan. Dan ketika saya membuka hidup saya ada sesuatu yang luar biasa terjadi yakni orang lain justru diberkati dan makin menghormati. Saya disadarkan bahwa ketika kita tertutup dan tidak membuka diri, saat itulah berkat Tuhan juga tertutup. Setelah mengikuti Level II ini saya makin dibukakan tentang kehidupan saya dan mengingatkan bahwa masih banyak PR (pekerjaan rumah) yang harus diselesaikan agar saya makin bertumbuh dalam Tuhan.

Pdt. Niko Jalmav (GBI Rumah Pujian Yogyakarta)

Pola Yang Diubahkan.Saya berasal dari denominasi dimana doktrin menjadi salah satu hal yang sangat berpengaruh bagi kami untuk mengikuti suatu seminar atau pelatihan. Ketika saya mendengar kabar mengenai SOH dari jemaat saya, saya merasa penasaran, apa sih yang dibahas dalam SOH ini? Katanya ada sesuatu yang berbeda.

Kemudian saya datang dengan mantap, dengan satu tujuan, yaitu untuk mencari bahan yang bisa menambah untuk menghakimi. Namun setelah saya datang ke sini, semua justru malah berbalik arah, sayalah yang banyak terhakimi. Bukan oleh manusia, namun saya yakin bahwa inilah cara Tuhan yang dilakukan melalui orang-orang yang dipilih dalam pelayanan ini.

Banyak hal yang dibahas dalam seminar ini yang mengingatkan saya mengenai hubungan-hubungan yang penting, seperti hubungan keluarga. Saya merasa bahwa disini Tuhan sedang menantang saya untuk berubah. Ada hal-hal yang perlu saya ubah dalam pola pikir saya dan saya berharap bahwa hal ini dapat menjadi berkat bagi semua, baik keluarga maupun jemaat yang saya layani. Terimakasih.

Pdt.Marthinus Sumendi (Gereja Baptis Ngadinegaran Yogyakarta)

Ada banyak pertanyaan dalam diri saya, “kenapa saya begini, mengapa saya begitu?”  Di kota tempat saya berasal saya mencoba untuk mencari dan mendatangi lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pemulihan, namun tidak mendapatkan jawaban.  Saya sangat percaya seperti disampaikan para pengajar bahwa ada waktu dan cara Tuhan, dan keyakinan saya SOH inilah cara dan waktu Tuhan bagi saya.

Kerinduan untuk mengalami pemulihan muncul sejak ada SOH pertama di Purwokerto, namun saya hanya menunggu hingga hari ini, sesudah beberapa tahun harus menunggu.  Seperti seorang yang sakit yang datang ke dokter, semua diperiksa dan bagian-bagian yang sakit mulai diobati satu per satu. Tanda Tanya-tanda Tanya yang saya miliki sudah mulai terjawab di sini dan saya sangat bersyukur.

Berkat besar yang saya terima melalui SOH salah satunya adalah hubungan saya dengan Tuhan. Dulu saya berpikir kalau berdoa, Tuhan hanya diam saja, namun sekarang saya tahu bahwa Ia bekerja dan terus bergiat.  Ia sangat rindu untuk menyatakan keinginan hatiNya untuk saya lakukan. Saya merasa Tuhan tanam suatu mimpi yang berisi agar Purwokerto dibangkitkan lagi karena dulu pernah ada dan hidup.  Saya rindu memulai pelayanan ini dari diri saya, terus kepada keluarga dan pelayanan saya.

Ibu Rubiah

Sejak aku, mami dan adikku ikut SOH, Puji Tuhan ternyata Ia membuka jalan setelah kami dipulihkan. Kami diubahkan dengan cara dan waktu Tuhan, sehingga selangkah demi selangkah, kami mendapat jawaban dari pergumulan kami masing-masing dan diberkati.Banyak hal yang bisa kukerjakan dengan pengalaman aku ikut SOH untuk menolong dan menjadi berkat buat teman-temanku yang sedang mengalami masalah di dalam keluarga, baik keluargaku sendiri, teman kantor, teman sepelayanan dan kelompok sharing.
Kalau aku dapat dipulihkan,aku rindu juga untuk memulihkan yang lain, maka dari itu aku memberikan diri untuk mengambil bagian dalam kepanitiaan SOH. Ternyata setelah aku ikut rapat dengan Pak Heru-komandan tim Jakarta- beberapa waktu yang lalu, diinformasikan bahwa pelayanan SOH saat ini sangat berkembang. Perlunya sebuah keluarga untuk dipulihkan semakin dipahami oleh banyak orang adalah suatu hal yang penting. Aku bukan siapa-siapa, tetapi kalau memang ini visi dari Tuhan untuk aku kerjakan dalam mengembangkan karuniaNya, aku hanya mau taat saja. Biarlah Tuhan melihat kerinduanku untuk dapat memulihkan seluruh keluargaku.

Tina, Jakarta

Jumat minggu lalu dalam acara Healing Comunnity kami membahas tentang ” keluar dari Zona Nyaman” mengatasi reaksi menarik diri, saya berdoa bersama dengan 2 orang ibu, salah satu dari mereka sangat bergumul berhubungan dengan anak dan cucunya. karena sesuatu hal beliau menarik diri dari anaknya. Tuhan berbicara dengan jelas pada waktu berdoa dan kemuadian beliau membuka diri kepada Tuhan, secara spesifik satu demi satu di akui dan diserahkan kepada Tuhan. salah satu doa yang di selipkan adalah mengenai kerinduannya kepada cucunya. air mata menetes di hadapan Tuhan dengan penuh pengharapan mendapatkan jawaban atas doa-doanya. sesudah itu acara selesai dan kami berpisah. waktu sampai dirumah HP saya berbunyi terlihat sms masuk. saya sangat kaget dan terharu itu adalah sms dari si ibu tadi, dia bercerita Tuhan Yesus Sungguh Luar biasa!! dalam perjalanan pulang dari pertemuan tadi beliau bertemu dengan cucu yang di rindukan dan saat itu dia bawa cucunya ke rumah dan bermain bersama dengannya. sukacitanya meluap. beliau berkata Allah kita adalah Allah yang mau mendengar dan menjawab doa. so’ kapanpun dan dimanapun mari berdialog dengan Tuhan dan dapatkan kejutan-kejutan yang indah dariNya.

Allah yang Mendengar